Pengamat Sebut Gerakan Sipil Bisa Cegah Ekspansi Dinasti Politik Jokowi


Kabar Indonesia, JakartaPengamat dinasti politik dari Institute of Advanced Research (IFAR), Universitas Katolik Atma Jaya, Joes Kenavas meyakini perluasan kekuasaan yang dilakukan keluarga Presiden Joko Widodo dapat dicegah melalui gerakan sipil. Perlawanan dari kelompok masyarakat, kata Yoes, sangat penting untuk memberantas praktik dinasti politik di Indonesia.

“Bagaimana kami melihat aksi #melindungi putusan Mahkamah Konstitusi,” kata Yoes dalam acara “41st Indonesia Renewal Conference: How Jokowi Changed Indonesia” di Australian National University yang disiarkan secara online pada Sabtu, 14 September 2024.

Putusan Mahkamah Konstitusi yang dimaksud Yoes adalah nomor 70/PUU-XXII/2024, tentang pembuktian persyaratan usia calon kepala daerah sebagaimana diatur dalam ayat “e” ayat (2) Pasal 7. UU Pilkada. Deputi sepakat, seluruh persyaratan calon kepala daerah, termasuk batasan usia, harus dipenuhi sebelum Partai Komunis Ukraina menetapkan calon tersebut.

DPR ingin membatalkan versi undang-undang pemilihan kepala daerah pada Kamis, 22 Agustus 2024. Upaya ini batal karena secara formal Sidang Paripurna DPR tidak mencapai kuorum untuk mengesahkan suatu produk hukum. Saat itu, kelompok masyarakat dan mahasiswa di beberapa kota di Indonesia turun ke jalan untuk melakukan protes.

Mereka mencurigai salah satu upaya yang dilakukan adalah mengubah peraturan Pilkada lagi untuk memungkinkan Kaesang Pangarep – putra bungsu Jokowi, yang baru berusia 29 tahun, untuk mencalonkan diri sebagai gubernur. Sementara aturan yang ada saat ini mengharuskan calon kepala daerah harus berusia di atas 30 tahun pada saat mendaftar untuk mengikuti pilkada.

Yoes menegaskan, faktor lain yang bisa menghambat perluasan dinasti politik Jokowi adalah persaingan antar elite. Namun lulusan Northwestern University ini tak merinci pernyataannya.

Dalam pemaparannya, Yoes menyebut Jokowi bukanlah orang pertama yang membangun dinasti politik di Indonesia. Namun, apa yang dilakukan Jokowi di tingkat presiden dinilai menormalisasi praktik yang bertentangan dengan demokrasi ideal yang dicita-citakan Reformasi 98. Selain Kaesang, Bobby Nasution, menantu Jokowi, lebih dulu menjadi Wali Kota Medan dan Gibran. Rakabuming. Raka menjadi Wali Kota Solo.

Periklanan

Pasca skandal di Mahkamah Konstitusi yang dipimpin pamannya Anwar Usman, Gibran melewati ambang batas usia untuk menjadi cawapres Presiden Prabowo Subianto. Prabowo dan Gibran terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024.

“Jika tren ini terus berlanjut, Indonesia akan berada di ambang kehancuran menuju demokrasi dinasti,” kata Yoes.

Presiden Jokowi berulang kali menyatakan tidak merasa terganggu dengan pandangan yang mengklaim dirinya sedang membangun dinasti politik. Dengan dalih demokrasi, ia menyatakan bahwa dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, baik walikota, bupati, gubernur, bahkan presiden, setiap orang yang memilih adalah manusia.

“Ya (dinasti politik) itu orang yang menilai,” kata Joko Widodo usai menghadiri Investor Daily Summit 2023 di Jakarta, Selasa, 24 Oktober.

Pilihan Redaksi: KPK Apresiasi Lambatnya Proses Kepuasan Kaesang Pangarep, Yakin Badrun Beri Contoh Kasus Raphael Alun


Share this content:

Post Comment

You May Have Missed