Peluang PDIP Jadi Oposisi atau Koalisi terhadap Prabowo-Gibran
Kabar Indonesia, Jakarta – Direktur Eksekutif Algebra Strategic Indonesia Arifki Chanyago membeberkan faktor yang memaksa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi oposisi atau koalisi di tengah pembahasan pertemuan Megawati Sukarnoputri dan Prabowo Subianto.
Pembahasan pertemuan ini terjadi kurang dari dua pekan setelah pelantikan Prabowo-Gibran Rakabooming Raka sebagai presiden dan pertemuan Pilpres 2024 antara Prabowo dan Megawati dianggap sebagai sinyal bahwa PDIP akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran.
Arifqi mengatakan PDIP punya daya tawar politik untuk masuk atau keluar dari kekuasaan di pemerintahan baru. Sebagai partai oposisi, partai berlambang banteng ini sempat diuji sebagai oposisi kritis pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Tidak menutup kemungkinan hal ini akan terulang kembali di era Prabowo jika PDI Perjuangan memutuskan untuk bertindak sebagai oposisi penuh,” kata Arifqi dalam keterangan tertulisnya. LajuJumat, 27 September 2024
Arifki Chanyago menilai masuknya NDIP ke pemerintahan Prabowo tentu akan menambah kekuatan politik pemerintah, khususnya di parlemen. Posisi PDIP sebagai pemenang pemilu legislatif 2024 memberikan kewenangan bagi PDIP untuk berperan sebagai “oposisi” yang mengkritik pemerintah.
Meski demikian, Arifki mengatakan PDIP tentu ingin melindungi basis elektoralnya yang kalah dalam Pilpres dengan mendukung Ganjar Pranovo. Selain itu, PDIP juga menyadari manfaat hanya memperoleh dukungan suara rakyat sebagai partai oposisi.
Namun sikap tersebut tentu tidak diterima seluruh kader PDIP. “Karena ada kader PDIP yang melihat peluang bergabung dengan pemerintahan Prabowo dan juga meyakini ini adalah solusi terbaik,” kata Arifki.
Arifki mengatakan PDIP tidak punya masalah pribadi dengan Prabowo. Hal ini membuka kemungkinan bersatunya Megawati-Prabowo di pemerintahan. Selain itu, mereka juga sempat berduet pada Pilpres 2009. Dengan demikian, kisah kedua tokoh ini akan memperkuat alasan NDIP bergabung dengan pemerintahan Prabowo.
“Terkadang kita perlu tahu. Boo Mega punya caranya sendiri dalam mendefinisikan posisi politiknya. “Hal ini terlihat pada Pilkada 2024. Pilihan politik Bu Meghi akan berkontribusi tidak hanya pada pengembangan kebijakan, tetapi juga kader PDIP,” kata Arifqi.
Periklanan
Sebelumnya, Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambey mengatakan pertemuan antara Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri akan berlangsung sebelum 10 Oktober 2024.
Menurut Ollie, pasca Pilpres 2024, PDIP memutuskan berkoalisi dengan Prabowo Subianto. Dalam pertemuan tersebut, salah satu topik yang dibahas adalah membangun Indonesia dan Sulawesi Utara yang lebih baik.
“Jadi jangan ragu. Pemilihan presiden telah usai. Pertarungan PDIP terjadi di internal Pak Prabowo. Pak Prabowo akan segera bertemu Ibu Megawati. Setidaknya sampai 10 Oktober, kata Ollie saat pengukuhan tim pemenangan bakal calon Bupati Minahasa Selatan Frankie Donnie Wongkar, Kamis, 26 September 2024.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Puan Maharani pun membenarkan pertemuan Megawati dan Prabowo akan terjadi. “Nanti ada pertemuan, silaturahmi itu penting,” kata Puan.
Ketua DPP PDI Perjuangan lainnya, Said Abdullah, mengatakan seharusnya pertemuan Megawati dan Prabowo dilakukan sebelum pelantikan Prabowo sebagai presiden.
Prabowo Subianto juga mengumumkan rencana pertemuan antara presiden terpilih 2024-2029 dengan Megawati Sukarnoputri. Ketua Umum Partai Gerindra berharap pertemuan dengan Megawati segera dilakukan.
Mudah-mudahan Insya Allah, kata Prabowo saat dikonfirmasi di Kompleks DPR, Rabu, 25 September 2024.
Pilihan Redaksi: Soal perdebatan penambahan jumlah kementerian, para pakar menilai Prabowo memahami konsekuensinya
Share this content:
Post Comment