Kisah di Balik Pembebasan Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens
Kabar Indonesia, Jakarta – setelah pilot Susi Air disandera selama kurang lebih 20 bulan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM), Philip Mark Mertensakhirnya diterbitkan pada Sabtu, 21 September 2024. Satgas Perdamaian Cartenza dilaporkan berhasil menggunakan pendekatan persuasif atau dikenal dengan pendekatan lunak. “Upaya tersebut berhasil dan tidak ada korban jiwa di kedua belah pihak,” kata Kepala Operasi Satgas Penjaga Perdamaian Kartenz, Brigjen Faizal Ramadan, usai dikonfirmasi. LajuSabtu, 21 September 2024
Sebelum dirilis pada September tahun ini, juru bicara TPNPB-OPMSebbi Sambom berjanji akan membebaskan Philip pada Juli lalu. Namun, janji tersebut baru terwujud setahun kemudian. Harapan pembebasan Philip muncul pada Agustus tahun lalu. Sebbi mengatakan, pemimpin mereka, Aegianus Kogoya, menyetujui rencana pembebasan tersebut. “Saya angkat bicara dan hasilnya Panglima (Egian) setuju melepas pilotnya,” ujarnya, Minggu, 4 Agustus 2024.
Sebbie kemudian mengatakan akan segera mengajukan tawaran untuk melepaskan Philip. Dia meminta pemerintah mengikuti tawaran pelepasan tersebut. Menurutnya, aparat keamanan tidak punya alasan untuk tidak setuju dengan usulan pembebasan tersebut. Sebab, menurutnya aparat keamanan hanya bekerja di bidang keamanan. “Ini bukan inisiatif pemerintah untuk melepas pilotnya, ini inisiatif kami. Makanya pemerintah menghargai kerja sama kita, ujarnya.
Pilot maskapai penerbangan milik mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti itu akhirnya dibebaskan Sabtu pekan lalu. Menurut salah seorang pengurus gereja di Nduga, Bunyamin bukanlah nama sebenarnya, setelah Markas Besar TPNPB mengajukan usulan pembebasan Philip, penyerangan di Nduga semakin intensif dilakukan TNI dan Polri. Hal inilah yang membuat Egianus segera menyerahkan pilotnya yang berpaspor Selandia Baru untuk mencegah terjadinya serangan besar-besaran di wilayah Nduga, khususnya di wilayah Mam, kampung halaman Aegianus, ujarnya.
Menurut polisi, pilot yang memegang paspor Selandia Baru itu dijemput dengan helikopter dari Desa Yuguru, Kecamatan Maibarok, Kabupaten Nduga pada Sabtu pagi. Benyamin membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan Philip dijemput dengan helikopter oleh tim penjaga perdamaian Cartenza tanpa ada baku tembak dengan milisi TPNPB yang menguasai lokasi tersebut. Pasalnya, Panglima TPNPB III Komando Pertahanan Daerah Ndugama-Derakma Egianus Kogoya melarang kontak senjata, ujarnya.
Bunyamin mengabarkan, Philip diserahkan langsung oleh Egian kepada mantan Bupati Nduga Edison Gwijanga di kampung Yuguru pada pukul 08.00 WIB. Pada pemindahan tersebut, Egian meminta Gwijangge memberikan saran kepada TNI-Polri agar segera menarik pasukan dari Papua. Bupati segera menghubungi Satgas Cartenza dan menghentikan serangan udara di Ndugu, ujarnya.
Satgas Elang IV Badan Intelijen Negara (BIN) mengungkap cerita pembebasan Philip. Kepala Satgas BIN Elang IV Brigjen Murbianto Adhi Wibowo mengatakan pihak berwenang telah melacaknya sejak Februari 2023 hingga pilot Susi Air akhirnya dibebaskan. Pelacakan itu untuk memastikan pilot Selandia Baru dalam keadaan sehat. “Perintah pembebasan masih berlaku. Jadi situasi dan kondisinya harus terus diklarifikasi, kata Murbianto, Minggu, 22 September 2024.
Murbianto memaparkan sejumlah tantangan yang ditemui selama proses pelacakan. Mulai dari kondisi geografis hingga tanggung jawab tim pelacak untuk memastikan perkembangan yang teratur dan cepat. Selain itu, tim Satgas Elang harus selalu memberikan informasi terkini mengenai situasi di kawasan kepada tim gabungan untuk menjamin keselamatan selama misi pembebasan. “Baik dari pihak otoritas, masyarakat sipil, dan tentunya keselamatan pilot itu sendiri,” ujarnya.
Periklanan
Kepala Operasi Satgas Penjaga Perdamaian Cartenz Brigjen Faizal Ramadan mengatakan, upaya pembebasan Philip tidak lepas dari keberhasilan pendekatan lunak yang dilakukan TNI-Polri. “Kami melakukan pendekatan yang melibatkan tokoh agama, gereja, adat dan keluarga Egianus Kogoi. “Tidak ada pendekatan yang kaku,” kata Faizal.
Ia mengatakan pendekatan lunak merupakan upaya utama dalam meminimalisir jatuhnya korban dalam operasi penyelamatan. Menurutnya, sejak awal TNI-Polri, khususnya kelompok penjaga perdamaian Cartenza, terus mendesak pembebasan Philip, menggunakan dialog yang dilakukan aktor-aktor di Papua, khususnya di Kabupaten Nduga. “Kami bersyukur operasi selesai tanpa adanya korban jiwa di kedua belah pihak,” kata Faizal.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyebut pembebasan Philip merupakan pembelajaran penting. Sebab, polisi menggunakan pendekatan persuasif untuk membebaskan Phillip. “Pendekatan lunak” adalah tindakan yang tepat untuk memperbaiki situasi hak asasi manusia di Papua, menurut Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Atnike Nova Sigiro. “Pembebasan ini merupakan dorongan yang baik untuk mendorong situasi hak asasi manusia yang lebih baik di Papua dan melindungi hak-hak masyarakat sipil dalam segala situasi,” kata Atnike dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 21 Februari 2024.
Pembebasan Philip, kata Atnike, berjalan lancar meski ia tidak menggunakan alat pengamanan dan senjata. Oleh karena itu Atnike mengatakan semua pihak harus tetap mengedepankan pendekatan dan prinsip persuasif. HAM dalam menyelesaikan permasalahan lain di Papua. Pihaknya berterima kasih kepada pihak-pihak yang berkontribusi terhadap pembebasan Philip secara damai. “Kejadian ini akan menjadi pembelajaran penting yang akan memperkaya pengalaman kita dan jalur pembangunan Indonesia pada umumnya dan Papua pada khususnya,” kata Atnike.
ANDY ADAM FATURAKHMAN | SULTAN ABDURRAHMAN
Pilihan Editor: Benarkah pembebasan pilot Susi Air Philip Marc Mertens tanpa syarat?
Share this content:
Post Comment