Election Corner FISIPOL UGM Gelar Diskusi dan Paparkan Temuan Indeks Kerawanan Pemilu Menjelang Pilkada 2024


Kabar Indonesia, Jakarta – Pojok Pemilu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) menyelenggarakan forum diskusi bertajuk “Jaringan Aspirasi: Menggali Perspektif Interdisipliner dalam Menyongsong Pilkada Serentak 2024” pada Sabtu, 28 September 2024 .

Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Badan Pengawas Pemilu Daerah Istimewa Yogyakarta (Bawaslu DIY), Komisi Pemilihan Umum DIY (KPU) dan jaringan masyarakat. Salah satu agendanya adalah pemaparan hasil Electoral Corner mengenai Indeks Kerentanan Pemilu (VVI) di masing-masing daerah di Indonesia.

Koordinator TPS Abdul Ghaffar Karim mengatakan, pendataan hasil tersebut bertujuan untuk menggali kerentanan jelang Pilkada serentak di bawah PIC yang kerap digunakan Bawaslu.

IKP diketahui menjadi salah satu alat pendeteksi dini potensi kerawanan di Indonesia yang akan segera menyelenggarakan pemilu atau pilkada. Semakin tinggi indeksnya, maka semakin rentan. Melansir Election Corner, IKP tertinggi di Indonesia tercatat di DKI Jakarta dan Sulawesi Utara.

“DKI Jakarta skornya cukup tinggi yaitu 88,9, sedangkan Sulawesi Utara skornya sekitar 87,5. “Nah, ini dua daerah yang tingkat kerentanannya paling tinggi, artinya risiko konflik dan permasalahan pemilu cukup tinggi dibandingkan (daerah) lainnya,” kata Ghaffar.

Ghaffar kemudian menjelaskan permasalahan yang sering dibicarakan di kedua wilayah tersebut. Pertanyaan-pertanyaan ini dijawab melalui proses pengumpulan data media sosial. Dalam pengerjaannya, Election Corner bekerja sama dengan Center for Digital Society (CfDS) FISIPOL UGM.

“Di Jakarta permasalahannya tidak jauh dari polusi, kemacetan, tata kota, banjir, dan kemiskinan. Permasalahan yang paling sering muncul di Sulut adalah pendidikan, penegakan hukum, perekonomian, permasalahan sosial dan kekerasan. “Sulut tidak mempunyai permasalahan seperti kemiskinan, kemacetan, tentunya jauh berbeda dengan Jakarta,” lanjut dosen Departemen Politik dan Manajemen FISIPOL UGM ini.

Periklanan

Ghaffar kemudian menjelaskan daerah dengan PIC terendah berdasarkan hasil Pojok Pemilu. Daerah dengan kerentanan pemilu terendah adalah Bengkulu dan Sulawesi Selatan dengan indeks masing-masing sebesar 3,8 dan 10,2.

“Sengketa pertanahan dan pendidikan sering menjadi permasalahan di Bengkulu yang masih kekurangan tenaga pengajar. Sedangkan di Sulawesi Selatan, sumber daya alam dan kriminalitas paling banyak dibicarakan di pemberitaan dan media sosial, kata Ghaffar.

Setelah itu, Ghaffar berbicara mengenai ICP di DIY, termasuk daerah-daerah penyusunnya. Menurut Ghaffar, perolehan IKP DIY tidak terlalu tinggi, yakni 43. “Yang menarik, Sleman mendapat indeks tertinggi yakni 64, sedangkan lainnya di bawah,” ujarnya.

Beberapa tantangan utama DIY hampir sama di setiap bidang. Menurut Ghaffar, permasalahannya tidak jauh dari kriminalitas, lingkungan hidup, dan infrastruktur. Beberapa tahun terakhir, kasus klitiha di sektor DIY menjadi sorotan seiring dengan problematika pengelolaan sampah di wilayah Sleman, Yogyakarta, dan Bantul. Selain itu, isu penggusuran juga mulai muncul di DIY.

Menurut Ghaffar, permasalahan tersebut harus diselesaikan secara manusiawi. “Kalau dari segi hukum, negara berhak menggusur dan sebagainya, tapi pertimbangan kemanusiaan juga harus diperhatikan,” ujarnya.

Pilihan Editor: Alasan Menko Polhukam Hadi Tjahjanto Sebut Kerawanan Jatim Rendah di Pilkada 2024


Share this content:

Post Comment

You May Have Missed