Begini Kata Pegiat Soal Untung Rugi Pembentukan Angkatan Siber
Kabar Indonesia, Jakarta – Rencana pemerintah membentuk Institut TNI matra keempat semakin mendapat momentum. Senin pekan lalu, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto mengatakan dimensi keempat ini akan diterapkan pada pemerintahan Prabowo Subianto berikutnya.
Dimensi keempat yang dimaksud adalah pembentukan Cyber Forces. Menurut Hadi, Presiden Joko Widodo turut membentuk dimensi tersebut. Bahkan, keputusan Jokowi juga akan didukung oleh Prabowo sebagai langkah lanjutannya.
Tentara Nasional Indonesia diketahui mempunyai tiga matra: angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara. Pembentukan dimensi keempat yaitu Cyber Force untuk mengantisipasi perang di ranah siber di masa depan.
Direktur Imparsial Ghufron Mabrouri mengatakan keberadaan Cyber Force merupakan kebutuhan untuk memperkuat pertahanan siber di tengah perang di dunia maya. Namun pembentukan dimensi baru tersebut masih memerlukan kajian mendalam.
Kajian yang dimaksud perlu dicermati secara cermat dari segi infrastruktur, teknologi, dan kesiapan sumber daya. Namun, anggaran juga sama pentingnya.
Yang juga cukup penting adalah mengoptimalkan terlebih dahulu unit siber yang sudah dimiliki TNI, termasuk meningkatkan koordinasi dengan unit siber milik instansi lain, kata Gufron saat dihubungi, Rabu, 25 September 2024.
Kekuatan siber, kata dia, juga perlu membuat kerangka regulasi yang memastikan tidak ada kemungkinan penyalahgunaan di kemudian hari. Dimensi ini harus berorientasi pada upaya melawan ancaman eksternal terhadap keamanan nasional, bukan berorientasi pada internal.
Sebab, menurut Gufron, jika terfokus pada diri sendiri maka bisa menimbulkan berbagai permasalahan, misalnya duplikasi kekuatan siber departemen lain.
“Ini termasuk dampaknya terhadap kebebasan sipil,” kata Goufron.
Salah satu pendiri Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmy mengatakan keberadaan Cyber Forces harus dijamin agar tidak mengancam hak privasi masyarakat umum.
“Harus ada aturan yang jelas dan komprehensif,” kata Khairul.
Soal anggaran, Khairul menyatakan pembentukan Cyber Force sebagai kekuatan baru akan membawa implikasi anggaran yang cukup besar. Biaya pembangunan infrastruktur, rekrutmen, pelatihan dan biaya operasional akan meningkat secara signifikan.
Periklanan
Tidak hanya itu, merekrut dan melatih staf yang memiliki keterampilan kuat di bidang teknologi informasi, kriptografi, intelijen, dan pengembangan perangkat lunak juga menjadi tantangan tersendiri.
“Proses ini bisa memakan waktu lama. Jadi ada pro dan kontra dalam menciptakan dimensi keempat ini,” kata Khairul.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak mengatakan pembentukan Pasukan Siber yang akan menjadi dimensi keempat TNI akan terus berlanjut di era pemerintahan Prabowo Subianto. .
Maruli mengatakan, pembentukan kekuatan siber TNI tidak bisa dihindari karena hampir seluruh negara di dunia telah membentuk lembaga pertahanan untuk menangani permasalahan siber.
“Itu sudah menjadi ancaman global, tapi kini terbukti dengan berbagai data kita, ada beberapa permasalahan,” kata Maruli di Kompleks Parlemen, 11 September 2024.
Ia mengatakan, TNI AD juga akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk mewujudkan organisasi yang baik yang dapat berfungsi dan mengantisipasi perkembangan siber.
Menurut dia, penambahan sumber daya manusia di Pasukan Siber TNI juga akan berdampak pada keamanan. Ia mengatakan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Pertahanan perlu duduk bersama dan membahas masalah tersebut.
“Apa yang terjadi selanjutnya, apakah kita perlu membagi tugas, siapa yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Pilihan Redaksi: Soal Pembentukan Pasukan Siber TNI, Apa Perkembangan Terkininya?
Savero Aristia Venanto berkontribusi pada penulisan artikel ini
Share this content:
Post Comment